Beberapa definisi prosa liris (dari berbagai sumber):
Prosa liris ditulis dengan bahasa berirama, kalimatnya panjang-panjang tampak seakan-akan bertumpuk-tumpuk. Tetapi itu pulalah yang menyebabkan timbulnya rasa haru dikalangan pembaca. Dalam prosa liris seakan-akan dijumpai perpaduan antara prosa dan puisi. Cipta sastra berbentuk prosa liris banyak dijumpai dalam kesusastraan Minangkabau.
Prosa liris meliputi prosa liris lama dan prosa liris baru. Prosa liris lama adalah karya yang bersifat epis objektif, hanya bersifat tanpa dipengaruhi oleh keharusan perasaan pengarang dan mempunyai irama yang tetap menyerupai irama pantun. Umumnya dua-dua kata sekali ucap. Prosa liris lama meliputi: kaba, cerita, pelipur lara, pidato dalam berbagai upacara, kata-kata adat, pepatah dan mantra. Sedangkan prosa liris baru ini yang bersifat liris romantis, karena merupakan curahan rasa haru si pengarang dan mempunyai irama yang beraneka ragam, seirama dengan situasi pengarangnya.
Prosa liris adalah karangan berbentuk prosa yang berisi curahan perasaan seperti puisi. Ciri-cirinya sebagai berikut :
- 1. ikatan kalimatnya ikatan prosa;
- 2. di dalamnya terdapat irama yang selaras dengan perasaan yang terkandung di dalamnya;
- 3. bersifas liris; curahan perasaan;
- 4. tidak terdapat sajak di dalamnya, kalau ada sajak hanya secara kebetulan saja;
- 5. tidak untuk membawakan cerita, tetapi berisi lukisan perasaan tertentu yang dikandung pengarang;
- 6. karangan disusun paragraf demi paragraf seperti prosa biasa;
- 7. prosa lirik terdapat dalam kesusastraan baru
Contoh prosa liris yang sangat terkenal yaitu Pengakuan Pariyem, karya Linus Suryadi AG. Meskipun secara bentuk luaran kemasannya adalah novel, namun LInus menuliskannya dalam bentuk prosa liris.
Contoh lainnya: Nyanyian Angsa karya Rendra, dan Ikan Bakar karya Soni Farid Maulana. Kedua bentuk tulisannya sekilas puisi, sedang jika ditelaah lebih lanjut, kedua tulisan tersebut adalah prosa liris.
Puisi Nyanyian Angsa – WS Rendra
NYANYIAN ANGSA
karya W.S Rendra
Majikan rumah pelacuran berkata kepadanya:
“Sudah dua minggu kamu berbaring.
Sakitmu makin menjadi.
Kamu tak lagi hasilkan uang.
Malahan kapadaku kamu berhutang.
Ini beaya melulu.
Aku tak kuat lagi.
Hari ini kamu harus pergi.”
(Malaikat penjaga Firdaus.
Wajahnya tegas dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Maka darahku terus beku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang sengsara.
Kurang cantik dan agak tua).
Jam dua-belas siang hari.
Matahari terik di tengah langit.
Tak ada angin. Tak mega.
Maria Zaitun ke luar rumah pelacuran.
Tanpa koper.
Tak ada lagi miliknya.
Teman-temannya membuang muka.
Sempoyongan ia berjalan.
Badannya demam.
Sipilis membakar tubuhnya.
Penuh borok di klangkang
di leher, di ketiak, dan di susunya.
Matanya merah. Bibirnya kering. Gusinya berdarah.
Sakit jantungnya kambuh pula.
Ia pergi kepada dokter.
Banyak pasien lebih dulu menunggu.
Ia duduk di antara mereka.
Tiba-tiba orang-orang menyingkir dan menutup hidung mereka.
Ia meledak marah
tapi buru-buru jururawat menariknya.
Ia diberi giliran lebih dulu
dan tak ada orang memprotesnya.
“Maria Zaitun,
utangmu sudah banyak padaku,” kata dokter.
“Ya,” jawabnya.
“Sekarang uangmu brapa?”
“Tak ada.”
Dokter geleng kepala dan menyuruhnya telanjang.
Ia kesakitan waktu membuka baju
sebab bajunya lekat di borok ketiaknya.
“Cukup,” kata dokter.
Dan ia tak jadi mriksa.
Lalu ia berbisik kepada jururawat:
“Kasih ia injeksi vitamin C.”
Dengan kaget jururawat berbisik kembali:
“Vitamin C?
Dokter, paling tidak ia perlu Salvarzan.”
“Untuk apa?
Ia tak bisa bayar.
Dan lagi sudah jelas ia hampir mati.
Kenapa mesti dikasih obat mahal
yang diimport dari luar negri?”
(Malaikat penjaga Firdaus.
Wajahnya iri dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Aku gemetar ketakutan.
Hilang rasa. Hilang pikirku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang takut dan celaka.)
Jam satu siang.
Matahari masih dipuncak.
Maria Zaitun berjalan tanpa sepatu.
Dan aspal jalan yang jelek mutunya
lumer di bawah kakinya.
Ia berjalan menuju gereja.
Pintu gereja telah dikunci.
Karna kuatir akan pencuri.
Ia menuju pastoran dan menekan bel pintu.
Koster ke luar dan berkata:
“Kamu mau apa?
Pastor sedang makan siang.
Dan ini bukan jam bicara.”
“Maaf. Saya sakit. Ini perlu.”
Koster meneliti tubuhnya yang kotor dan berbau.
Lalu berkata:
“Asal tinggal di luar, kamu boleh tunggu.
Aku lihat apa pastor mau terima kamu.”
Lalu koster pergi menutup pintu.
Ia menunggu sambil blingsatan dan kepanasan.
Ada satu jam baru pastor datang kepadanya.
Setelah mengorek sisa makanan dari giginya
ia nyalakan crutu, lalu bertanya:
“Kamu perlu apa?”
Bau anggur dari mulutnya.
Selopnya dari kulit buaya.
Maria Zaitun menjawabnya:
“Mau mengaku dosa.”
“Tapi ini bukan jam bicara.
Ini waktu saya untuk berdo’a.”
“Saya mau mati.”
“Kamu sakit?”
“Ya. Saya kena rajasinga.”
Mendengar ini pastor mundur dua tindak.
Mukanya mungkret.
Akhirnya agak keder ia kembali bersuara:
“Apa kamu – mm – kupu-kupu malam?”
“Saya pelacur. Ya.”
“Santo Petrus! Tapi kamu Katolik!”
“Ya.”
“Santo Petrus!”
Tiga detik tanpa suara.
Matahari terus menyala.
Lalu pastor kembali bersuara:
“Kamu telah tergoda dosa.”
“Tidak tergoda. Tapi melulu berdosa.”
“Kamu telah terbujuk setan.”
“Tidak. Saya terdesak kemiskinan.
Dan gagal mencari kerja.”
“Santo Petrus!”
“Santo Petrus! Pater, dengarkan saya.
Saya tak butuh tahu asal usul dosa saya.
Yang nyata hidup saya sudah gagal.
Jiwa saya kalut.
Dan saya mau mati.
Sekarang saya takut sekali.
Saya perlu Tuhan atau apa saja
untuk menemani saya.”
Dan muka pastor menjadi merah padam.
Ia menuding Maria Zaitun.
“Kamu galak seperti macan betina.
Barangkali kamu akan gila.
Tapi tak akan mati.
Kamu tak perlu pastor.
Kamu perlu dokter jiwa.”
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya sombong dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Aku lesu tak berdaya.
Tak bisa nangis. Tak bisa bersuara.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang lapar dan dahaga.)
Jam tiga siang.
Matahari terus menyala.
Dan angin tetap tak ada.
Maria Zaitun bersijingkat
di atas jalan yang terbakar.
Tiba-tiba ketika nyebrang jalan
ia kepleset kotoran anjing.
Ia tak jatuh
tapi darah keluar dari borok di klangkangnya
dan meleleh ke kakinya.
Seperti sapi tengah melahirkan
ia berjalan sambil mengangkang.
Di dekat pasar ia berhenti.
Pandangnya berkunang-kunang.
Napasnya pendek-pendek. Ia merasa lapar.
Orang-orang pergi menghindar.
Lalu ia berjalan ke belakang satu retoran.
Dari tong sampah ia kumpulkan sisa makanan.
Kemudian ia bungkus hati-hati
dengan daun pisang.
Lalu berjalan menuju ke luar kota.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya dingin dan dengki
dengan pedang yang menyala
menuding kepadaku.
Yang Mulya, dengarkanlah aku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur lemah, gemetar ketakutan.)
Jam empat siang.
Seperti siput ia berjalan.
Bungkusan sisa makanan masih di tangan
belum lagi dimakan.
Keringatnya bercucuran.
Rambutnya jadi tipis.
Mukanya kurus dan hijau
seperti jeruk yang kering.
Lalu jam lima.
Ia sampai di luar kota.
Jalan tak lagi beraspal
tapi debu melulu.
Ia memandang matahari
dan pelan berkata: “Bedebah.”
Sesudah berjalan satu kilo lagi
ia tinggalkan jalan raya
dan berbelok masuk sawah
berjalan di pematang.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya tampan dan dengki
dengan pedang yang menyala
mengusirku pergi.
Dan dengan rasa jijik
ia tusukkan pedangnya perkasa
di antara kelangkangku.
Dengarkan, Yang Mulya.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang kalah.
Pelacur terhina).
Jam enam sore.
Maria Zaitun sampai ke kali.
Angin bertiup.
Matahari turun.
Haripun senja.
Dengan lega ia rebah di pinggir kali.
Ia basuh kaki, tangan, dan mukanya.
Lalu ia makan pelan-pelan.
Baru sedikit ia berhenti.
Badannya masih lemas
tapi nafsu makannya tak ada lagi.
Lalu ia minum air kali.
(Malaekat penjaga firdaus
tak kau rasakah bahwa senja telah tiba
angin turun dari gunung
dan hari merebahkan badannya?
Malaekat penjaga firdaus
dengan tegas mengusirku.
Bagai patung ia berdiri.
Dan pedangnya menyala.)
Jam tujuh. Dan malam tiba.
Serangga bersuiran.
Air kali terantuk batu-batu.
Pohon-pohon dan semak-semak di dua tepi kali nampak tenang
dan mengkilat di bawah sinar bulan.
Maria Zaitun tak takut lagi.
Ia teringat masa kanak-kanak dan remajanya.
Mandi di kali dengan ibunya.
Memanjat pohonan.
Dan memancing ikan dengan pacarnya.
Ia tak lagi merasa sepi.
Dan takutnya pergi.
Ia merasa bertemu sobat lama.
Tapi lalu ia pingin lebih jauh cerita tentang hidupnya.
Lantaran itu ia sadar lagi kegagalan hidupnya.
Ia jadi berduka.
Dan mengadu pada sobatnya
sembari menangis tersedu-sedu.
Ini tak baik buat penyakit jantungnya.
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya dingin dan dengki.
Ia tak mau mendengar jawabku.
Ia tak mau melihat mataku.
Sia-sia mencoba bicara padanya.
Dengan angkuh ia berdiri.
Dan pedangnya menyala.)
Waktu. Bulan. Pohonan. Kali.
Borok. Sipilis. Perempuan.
Bagai kaca
kali memantul cahaya gemilang.
Rumput ilalang berkilatan.
Bulan.
Seorang lelaki datang di seberang kali.
Ia berseru: “Maria Zaitun, engkaukah itu?”
“Ya,” jawab Maria Zaitun keheranan.
Lelaki itu menyeberang kali.
Ia tegap dan elok wajahnya.
Rambutnya ikal dan matanya lebar.
Maria Zaitun berdebar hatinya.
Ia seperti pernah kenal lelaki itu.
Entah di mana.
Yang terang tidak di ranjang.
Itu sayang. Sebab ia suka lelaki seperti dia.
“Jadi kita ketemu di sini,” kata lelaki itu.
Maria Zaitun tak tahu apa jawabnya.
Sedang sementara ia keheranan
lelaki itu membungkuk mencium mulutnya.
Ia merasa seperti minum air kelapa.
Belum pernah ia merasa ciuman seperti itu.
Lalu lelaki itu membuka kutangnya.
Ia tak berdaya dan memang suka.
Ia menyerah.
Dengan mata terpejam
ia merasa berlayar
ke samudra yang belum pernah dikenalnya.
Dan setelah selesai
ia berkata kasmaran:
“Semula kusangka hanya impian
bahwa hal ini bisa kualami.
Semula tak berani kuharapkan
bahwa lelaki tampan seperti kau
bakal lewat dalam hidupku.”
Dengan penuh penghargaan lelaki itu memandang kepadanya.
Lalu tersenyum dengan hormat dan sabar.
“Siapakah namamu?” Maria Zaitun bertanya.
“Mempelai,” jawabnya.
“Lihatlah. Engkau melucu.”
Dan sambil berkata begitu
Maria Zaitun menciumi seluruh tubuh lelaki itu.
Tiba-tiba ia terhenti.
Ia jumpai bekas-bekas luka di tubuh pahlawannya.
Di lambung kiri.
Di dua tapak tangan.
Di dua tapak kaki.
Maria Zaitun pelan berkata:
“Aku tahu siapa kamu.”
Lalu menebak lelaki itu dengan pandang matanya.
Lelaki itu menganggukkan kepala: “Betul. Ya.”
(Malaekat penjaga firdaus
wajahnya jahat dan dengki
dengan pedang yang menyala
tak bisa apa-apa.
Dengan kaku ia beku.
Tak berani lagi menuding padaku.
Aku tak takut lagi.
Sepi dan duka telah sirna.
Sambil menari kumasuki taman firdaus
dan kumakan apel sepuasku.
Maria Zaitun namaku.
Pelacur dan pengantin adalah saya.)
***
Soni Farid Maulana
CONTOH PROSA ; IKAN BAKAR
Kau nafsu benar melihat jasadku dibakar, sehabis kau bilas berulang-ulang dengan bumbu sedap kecap manis. Aroma gurih dagingku membumbung ke luas langit biru, menyebar ke dalam hutan hingga si belang mengaum, sama laparnya dengan dirimu. Kau tampak tak sabar ingin menyantapku. Sebelumnya, kau sucikan jasadku dengan air jeruk nipis. Kau rendam berulang-ulang. “Demi nikmat yang kelak aku santap!” demikian kau bilang, dan kau lupa mengucap bismillah.
Ya. Bahkan kau lupa dengan sakit gula yang kau derita. Bukankah maut sudah mengincar nyawamu sejak dini hari? Kau membisu, dan aku kembali bertanya kepadamu, apa dosaku, hingga jasadku dibelah dua, dan jeroanku kau buang begitu saja ke dalam tong sampah, padahal Tuhan menciptanya dengan ilmu yang tak terjangkau oleh otakmu? Nafsumu membuat lidahmu kian greng ingin menjilat jasadku yang pulen, yang kau bakar dengan selera orang barbar.
Sungguh pertanyaanku hanya didengar oleh riak air kolam dan daun belimbing yang membusuk di dasar lumpur. Hanya keheningan yang mengerti dukaku, juga kilau mata pisau. Dan kau kini sungguh tidak sabar. Di meja makan kau siapkan piring, nasi, sendok, dan garpu. Tak lupa segelas air bening dan tujuh macam obat yang kau beli dari apotek terdekat. “Matang sudah ikan bakarku,” kau bilang sambil menghardik si meong yang menatap wajahmu dengan penuh harap.
Kau tak peduli dengan semua itu, bahkan tak peduli dengan maut yang mengincar nyawamu dalam darahmu yang kian meninggi kadar gulanya. Kau sungguh bebal. “Hhmmm, sedap!” kau bilang, begitu lahap menyantap jasadku. Cahaya matahari ditelan kabut pagi. Daging jasadku kau telan habis tanpa sisa. Tulang-belulangku kau buang ke dalam tong sampah, diincar si meong. Sungguh, aku lebih bahagia disantap si meong, yang tak lupa mengucap bismillah sebelum santap malam.
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Contoh Puisi
contoh puisi cinta
Bagaimana saya bisa katakan?
Bagaimana saya bisa mengatakan ini,
Untuk membuatnya sederhana,
Bagaimana saya bisa mengatakan ini,
Tidak membuat Anda menangis,
Bagaimana saya bisa mengatakan ini,
Tanpa mengucapkan selamat tinggal,
Karena Anda adalah satu,
Siapa yang selalu membuatku tersenyum?
Romantis
Jika saya bisa apa saja
Jika saya bisa menjadi sesuatu di seluruh dunia yang luas ini,
Aku akan menjadi tetes air matamu.
Terlahir di matamu, hidup di pipimu
dan mati di bibirmu
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Aku Mau Kamu
oleh Megan
Aku benci berdiri dalam hujan saja.
Aku benci menghabiskan hari yang cerah sendirian.
Aku membencinya saat salju turun dan aku sendiri.
Aku benci membuang-buang waktuku pada beberapa hal.
Beberapa hal yang tidak membuang waktu.
Jadi kau menyia-nyiakan waktumu.
Dan aku akan menyia-nyiakan waktuku untukmu.
Aku Ingin Kamu Tahu
Kuharap kau tahu apa yang kurasakan
Setiap kali saya melihat Anda,
Kuharap kau tahu hatiku akan meleleh
Ketika saya memikirkan saya dan Anda,
Saya berharap Anda tahu rasa sakit yang Anda derita
Bila Anda memilih untuk mencintai seseorang yang baru,
Aku baru saja akan memberitahumu tapi aku berhenti sejenak
Ketika saya mencoba mengatakan, “I LOVE YOU” …
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Ibuku
Ibu saya, teman saya sayang
Sepanjang hidupku kau selalu dekat.
Senyum lembut untuk membimbing jalan
Anda adalah sinar matahari untuk menyalakan hari saya.
Antara Ibu Dan Aku
Teman terbaik selamanya ibu dan aku
memetik bunga dan memanjat pohon.
bahu untuk menangis, rahasia untuk dibagikan
Hangat hati dan tangan yang sangat peduli.
Ibuku
Ibuku sangat istimewa,
Ibuku sangat baik hati,
Ibuku selalu mengatakan bahwa aku spesial,
Dia selalu ada di pikiran saya.
Ibuku memperhatikanku tumbuh,
Ibuku memperhatikanku menangis,
Tentu saja dia akan selalu tahu,
Ibuku akan selalu memeluk dan mencium,
Ibuku akan selalu peduli.
Hari-hariku dia tidak akan pernah ketinggalan,
Aku adalah boneka beruang kecilnya.
Ibuku sangat istimewa,
Ibuku sangat baik hati,
Ibuku selalu mengatakan bahwa aku spesial,
Dia selalu ada di pikiran saya.
Aku Bahagia Kau Ayahku
Saya merasa aman saat berada bersama saya;
Anda menunjukkan kepada saya hal-hal yang menyenangkan untuk dilakukan;
Anda membuat hidup saya jauh lebih baik;
Ayah terbaik yang saya kenal adalah Anda.
Aku senang kau ayahku
Jadi saya ingin mengatakannya
Aku mencintaimu, Ayah, dan berharap kau
Selamat hari ayah
Sang Pahlawanku
Seorang ayah adalah sumber kekuatan,
Seorang guru dan pemandu,
Yang keluarganya mendongak
Dengan mencintai kepercayaan dan kebanggaan …
Seorang ayah adalah seorang pembantu
Dengan tangan yang bersedia memberi pinjaman,
Seorang mitra, penasihat,
Dan teman terbaik.
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Contoh Puisi 2
puisi untuk ibu
Contoh Gurindam :
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
Apabila anak tak dilatih
Jikalau besar bapaknya letih
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada disangka
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Contoh Puisi 4
Guruku
Saya senang bahwa Anda adalah guru saya
Saya menikmati setiap pelajaran yang Anda ajarkan.
Sebagai teladan saya, Anda menginspirasi saya
Mimpi dan bekerja dan mencapainya.
Terima kasih, guru favorit
Untuk bertingkah seperti teman,
Dan meluangkan waktu untuk menunjukkan padaku,
Pelajaran sulit dipahami.
Terima kasih atas perhatiannya
Dan banyak hal lainnya;
Untuk semua hal yang Anda berikan kepada saya,
Saya tidak bisa cukup berterima kasih.
Guru yang paling dikagumi
Akan peduli, baik dan pintar.
Dia selalu memiliki murid-muridnya ‘
Minat terbaik di hatinya.
Dia akan membantu kita untuk belajar.
Pelajarannya akan jelas.
Dia akan memotivasi dengan pujian,
Dan selalu tulus.
Kaulah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Aku selalu mencintai kelasmu;
Ajaran Anda membantu saya melihat,
Itu untuk memiliki hidup bahagia,
Belajar adalah kuncinya.
Saya bersyukur atas kebijaksanaan Anda
Untuk guru itu Anda;
Kamu orang yang sangat baik,
Dan sebagai guru, kamu adalah bintang!
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Yang Terbaik Dari Teman
Yang terbaik dari teman,
Bisa ganti cemberut,
Ke senyuman,
saat kamu merasa down
Yang terbaik dari teman,
Akan mengerti,
Percobaan kecil Anda,
Dan mengulurkan tangan.
Yang terbaik dari teman,
Akan selalu berbagi,
Impian rahasiamu,
Karena mereka peduli.
Yang terbaik dari teman,
Layak lebih dari emas,
Berikan semua cinta,
Jantung bisa menahan.
Persahabatan Datang Dan Persahabatan Pergi
Persahabatan datang dan persahabatan pergi
Seperti ombak di atas pasir
Seperti siang dan malam
Seperti burung yang terbang
Seperti kepingan salju saat mendarat
Tapi Anda dan saya adalah sesuatu yang lain
Persahabatan kita di sini untuk tinggal
Seperti rumput liar dan bebatuan dan kaus kaki kotor
Tidak pernah hilang!
bentuk karya sastra, jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, bentuk karya sastra. jenis jenis karya sastra, contoh teks karya sastra, contoh puisi, contoh karya sastra puisi, contoh karya sastra modern, contoh karya sastra cerpen, contoh karya sastra novel, puisi penyair terkenal dunia, puisi sastra cinta, puisi karya ws rendra, puisi pendek, contoh puisi pendidikan, contoh puisi baru, contoh puisi guru, contoh puisi modern, contoh puisi pendek, contoh puisi cinta, contoh puisi sahabat, contoh puisi ibu,
Kumpulan Puisi 3
Contoh talibun :
Sehabis dahan dengan ranting
Dikupas di kulit batang
Teras pengubar barulah nyata
Setinggi-tinggi melanting
Membumbung ke awing-awang
Baliknya ke tanah Jawa
Orang Padang memintal benang
Disusun baru dilipat
Dilipat baru dipertiga
Kalau direntang malah panjang
Elok dipintal agar singkat
Begitu pula kasih kita
Pergi merantau jauh ke negri seberang
Janganlah lalai membawa perbekalan berupa makanan
Jika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawa
Serta jangan malu mendatangi orang untuk bertanya
Jika engkau berbuat baik kepada semua orang
Niscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkan
Sudahlah engkau kan dapat pahala
Di dunia pun engkau akan hidup bahagia
Contoh Puisi Pendidikan
contoh puisi singkat
Contoh-contoh Puisi
1. Penolong dalam kegelapan
Sosok yang tanpa mengetahui lelah .
Sosok yang menindas perlakuan kasar yang dilontarkan siswa-siswi kepadanya .
Sosok yang berlangkah tegap dan tegas walaupun kening dan pipi mereka sudah mulai memancarkan kekusutan dari raut wajahnya .
Wahai guruku ..
Kau sudah memberi warna pelangi didalam kehidupan kami.
7 warna yang sudah berkumpul menjadi satu paduan .
7 kesempurnaan yang sudah kau berikan untuk bekal kami kelak dimasa yang akan datangy
.
Kau mengajari yang Permulaan mulanya kami tidak mengetahui huruf abjad hingga kami bisa menjadi orang-orang yang kalian harapkan , orang-orang yang sukses dan orang-orang yang sudah menyandang gelar terhormat seperti kalian malahan akan lebih dari pada itu .
Guru ..
Maafkan kami yang sudah bertindak kesalahan terhadap kalian .
Dari hal yang sekecil debu yang tidak kelihatan malahan hingga kesalahan yang besar yang bisa kelihatan dengan mata kasar .
Tidak banyak serumpun do’a yang kami panjatkan .
Semoga kalian guru-guru kami konsisten sabar dalam membina dan mengajar kami dan menjadi lah PAHLAWAN tanpa pertanda jasa dan mengajar tanpa mengetahui kata LELAH .
Kami sayang kalian bapak dan ibu guru kami yang tercinta .
2. Terimakasih Guru
Guru..
Diam-diam aku memperhatikanmu
Ku lihat serius dalam anganmu
Memberi ajaran benarmu
Guru..
Saya belajar darimu
Yang belum pernah kau ajarkan padaku
Yaitu satu semangat darimu
Bahwa benar ilmu cerahkan kegelapanku
Guru..
Saya mengidolakanmu
Dari jasa tanpa pamrihmu..
Terima beri Guru..
3.Buku
Buku …
Kau merupakan sumber ilmu
Dimana aku belajar dan membaca
Dari aku tidak tahu hingga tahu
Buku …
Kau merupakan jendela ilmu
Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses
Menuju kehidupan yang lebih cantik
Halaman demi halaman
Lembar demi lembar
Kubaca dengan serius
Sampai aku lupa waktu
Terimakasih buku
Engkau temaniku
Dari kecil hingga besar
Tuk menggapai cita-citaku
Contoh Puisi 4 ;
Waktu yang KusesaliItu pesat waktu berlalu
Tidak terasa perjumpaan ku sudah berlalu
Amat pesat ,Amat menyesal ,Amat kecewa
Teringat dalam Ingatan yang lalu
Menangis mengingat masa-masa yang lalu
Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu
Sepanjang waktu berlalu
Mengapa kami baru menaruh perhatian pada Guru
Ketika Guru tetah tiada
Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa
Itu kejamnya kami melupakan jasa mu
Maafkan kami guru
Yang sudah menggoreskan tinta hitam,di dalam hidupmu
Andaikan waktu bisa terulang
Kami bersepakat akan memberikan yang terbaik bagimu
Tangisan kami cuma untukmu
Ketika kami tidak paham,
Guru yang akan menjelaskannya
Ketika kami membuat kesalahan,
Guru yang mengarahkannya
Ketika kami mengingatmu,
Kau sudah tiada
Jasamu kan kekal bersemayam di hati kami
Begitu besar perhatianmu pada kami
Yang selama ini menyusahkanmu
Cuma kata TERIMA KASIH & MAAF untuk Mu
No comments:
Post a Comment